Rabu, 28 November 2012

Puisi Di Kota Seni


Selasa, hari dimana tubuh bisa bangun pagi
Mendahului terbitnya sang mentari
Awan berkabut basah biasa dimusim dingin
Embun beku menutupi jendela kecilku
Sarapan berita pagi di negeriku semakin ngeri tak terkendali
Sapi depresi membenturkan kepala sampai berdarah

Sabtu, 24 November 2012

Angin Diluar Jendela


Angin diluar jendela
Hembusanmu menerjang semuanya
Daun-daun semakin rontok dari pepohonan
Terbang melingkari satu titik lalu terhempas begitu saja

Angin diluar jendela
Gemuruhmu menggetarkan semuanya
Melihat mereka yang tidur di tenda
Apakah ada yang memikirkannya?

Senin, 19 November 2012

Setangkai Mawar


Kekasih, betapa lelahnya jalan hidupku tanpamu
Ketika perjanjian telah pergi entah kemana
Ketika perjanjian jatuh tertatih-tatih tanpa sebab
Engkau yang hilang, hatiku tak akan pernah hilang

Dingin ini menusuk
Menusukku dalam-dalam kekerdilan
Menggigil gila ingin ku tancapkan belati di hati
Aku hanya bisa diam
Diam bukan berarti tenang

Minggu, 18 November 2012

Tentang Bumi


Malam gelap tak seorang pun melihat
Dengan mata mendelik polisi bersiaga
Langkah melangkah ke samping mengambil haluan
Tak peduli apa yang terjadi dikala lirik tak tercipta

Angin ribut mengganggu ketenangan daun tenang
Menutupi bangkai burung yang tergilas roda bumi
Dunia terus berputar pada porosnya yang keropos
Tak mengenal lelah tak mengenal sakit untuk bangkit
Dewa-dewa masih berpesta di kahyangan malam

Sabtu, 17 November 2012

Hembusan Angin Malam


Sinar mentari sang Bethara Surya
Masih sulit untuk menembus tebalnya awan dunia barat
Hari demi hari cuaca semakin dingin membeku
Terlebih untuk manusia pribumi sepertiku

Ketika gelap tiba
Bulan, bintang, bahkan hatiku pun tak bersinar
Hanya lampu jalanan yang terang
Aku melihat kawan-kawan masih berkeliaran

Senin, 12 November 2012

Pernyataan-Pertanyaan


Malam gelap pekat
Jarum jam tak berhenti sedetik pun
Jasad jauh bukan berarti hati dekat
Kerinduanku padamu yang tiada ampun

Hanya sedikit kata yang terucap
Diantara cahaya terang dilangit gelap
Bulan bintang aku ingin bercerita
Bercerita tentang cita-cita

Jumat, 09 November 2012

Menjelajah Negeri Penjajah


Sepeda tua jaman Napoleon sudah siap bertempur
Yang kudapat dari tempat pembuangan akhir
Sedikit makanan tersirat banyak energi sudah kubungkus
Semua hasil dari jarahan kebun orang lain
Hatiku tak sabar menjelajahi negeri penjajah
Negeri miskin yang tak punya sumber daya alam
Namun kaya raya hasil hisapan negeriku selama berabad-abad
Bendera kecil kebanggaan bangsa ku ikat di stang sepeda
Biar kelihatan gagah dan menentang
Pemberian dari pemimpin organisasi terpelajar di kota A

Selasa, 06 November 2012

Annecy


Orang-orang menyebutnya jembatan cinta
Di kota dengan suasana pedesaan
Di negeri yang terkenal dengan keromantisannya
Mencicipi anggur berkali-kali bukan karena ketagihan
Tapi karena betah bercakap-cakap dengannya
Suasana hangat dan lembut membuat ku terhanyut
Bisikannya didaun telingaku yang kecil
Dengan suaranya yang khas dan bahasa ibu pertiwi
Seperti peri yang sedang melantunkan tembang cinta 

Yang Terlupakan Dan Yang Dilupakan


Sesungguhnya aku tidak tahu lagi apa arti sahabat
Setelah lama kutinggalkan dan ditinggalkan
Sudah lama rasanya tidak menyalakan api itu
Sekarang semuanya redup, sunyi, seperti mati suri
Ingin ku nyalakan lagi, tapi rasanya tidak mungkin
Jaman sudah berubah dan biarkan mengalir apa adanya
Kenangan hanyalah kenangan
Pada kenyataannya kita harus menjalani masa sekarang

Sabtu, 27 Oktober 2012

Kekasih


Kekasih, maafkan aku
Hari ini tak berada disampingmu
Percaya lah setiap detik hati ini hanya untukmu
Aku sudah berjanji akan menaklukan jalan,
Hutan, pagi, siang dan malam
Sampai semua akan tiba pada waktunya

Kamis, 25 Oktober 2012

Pancaroba


Kabut tebal pertanda musim akan berubah
Bunga-bunga hanya tinggal tangkai
Daun-daun berubah warna kuning kering
Tiupan angin membawanya terbang
Dari batang menuju ke tanah
Terlihat seperti kuburan masal
Dimusim dingin ia telanjang
Dimusim panas ia berpakaian tebal
Betapa perkasanya

Burung-burung tak ada lagi peneduh
Jeritan mencari kehangatan pertanda harus pergi jauh

Selasa, 23 Oktober 2012

Noisiel


Kota dimana banyak desa
Desa dimana banyak hutan
Hutan dimana ada sungai
Sungai dimana airnya jernih

Langit biru sedikit awan putih, cuaca cerah 
Kita berjelajah dengan dua sepeda tua
Kita melihat pemandangan yang sederhana nan indah
Kita melihat binatang hidup bebas di alamnya

Di sebuah pulau yang tak berpenghuni

Senin, 22 Oktober 2012

Cahaya Sinar Rembulan


Cahaya sinar rembulan
Apakah kau tidak melihat hatiku
Hati yang berselimutkan kegelapan
Kering kerontang seperti musim kemarau

Rabu, 17 Oktober 2012

Penjara


Empat tembok berdiri tegak merapat
Beratapkan gedung mewah
Hanya sepercik cahaya dan udara
Dari jendela kecil berterali besi
Aku bisa menatap kehidupan
Pintu yang tak berkunci
Namun tak terbuka bebas
Tempat duduk dari kayu
Ku jadikan tempat tidur
Besarnya tak sebesar tubuhku
Namun tetap ku bisa tidur nyenyak
Dengan selimut peninggalan sahabat
Walaupun tubuhku tersandera lingkungan

Kendaraan


Sampai pagi ini hujan belum juga reda
Sinar mentari belum mampu menembus awan
Tenda yang basah segera ku lipat
Sebelum ada warga sekitar yang melihat

Sepedaku diambil diam-diam
Oleh orang yang tidak dikenal
Apa ini pertanda aku harus beramal
Hatiku sedikit dendam
Sekarang tak ada lagi kendaraan pribadi
Mau tak mau harus berjalan kaki
Dan kadang-kadang menumpang
Agar tidak sakit pinggang

Iseng-iseng aku duduk di stasiun
Sambil memainkan gitar

Sabtu, 13 Oktober 2012

Belum Berjudul


Dia terus berjalan
Namun tanpa tujuan
Malam gelap
Semua tertidur lelap
Matanya tersayup-sayup
Hanya lampu jalanan yang hidup
Sambil mencari sisa puntung rokok
Restauran demi restauran disinggahi
Bukan untuk dirampok
Namun untuk mencari sisa nasi
Entah di desa mana
Yang terlihat hanyalah gedung-gedung tinggi
Dia mencari lahan untuk tendanya
Untuk bisa mulai bermimpi
Entah di teras apa tak jauh
Dari trotoar dia tergeletak kelelahan
Sekilas matanya melihat simbol itu


Sengkuni, Bus N130 16/08/2012

Bulan dan Matahari


Sinar terang rembulan
Berselimutkan awan hitam
Daun-daun jalanan
Melayang bersama angin malam

Mereka bilang akulah sinar kegelapan
Mereka mengagungkan keindahanku
Bahkan mereka memujaku dengan sesajen

Kekasih, aku hanyalah gumpalan abu yang gersang
Engkaulah sinar dari sinarku
Engkaulah sumber dari sumber keindahanku
Dan pujaan-pujaan itu tertuju padamu

Sengkuni, Magny le Hongre 06/08/2012

Menunggu Bus


Hembusan angin ini
Mengingatkanku pada musim semi
Sedikit sengatan matahari
Yang masih malu-malu untuk terbit
Padahal sekarang adalah
Musimnya, musim panas

Aku duduk, menunggu bus,
Lebih nyaman di beton
Diantara rumput-rumput yang subur
Dibandingkan bangku besi stasiun
Itu hanya untuk pantat-pantat
Yang tidak dicebok dengan
Harga sabun merek swalayan

Sengkuni, Clé des Champs 28/07/2012

Selasa, 09 Oktober 2012

Balada Seorang Tuna Wisma


"Dury"

Dibawah langit-langit kain parasut
Tempat aku berteduh
Beralaskan terpal, kain selimut
Aku bergulat menahan dinginnya malam
Aku terjebak dalam ketakutan yang suram
Di sebelah hutan yang liar,
Sawah gandum, batu kapur,
Aku tidur diantara mereka